Semenjak kecil aku sudah
ditinggal pergi kedua orang tuaku. Tak ada ayah disampingku, tak ada seorang
bunda yang menyayangi, mengasihiku setiap detik. Tak ada
seseorang yang menimang nimangku dikala aku terlelap, membacakan cerita dongeng
sebagai penghantar tidurku untuk menggapai mimpi indah di malam-malamku. Karena pada saat itu
ayah dan ibuku telah tiada. Ayahku telah meninggal ketika aku masih ada dalam
kandungan. Sementara ibuku juga memiliki
nasib yang sama. Beliau meninggal ketika
melahirkanku kedunia ini, mempertaruhkan nyawanya demi sang buah hati tercinta
untuk menikmati hidup di dunia yg gemerlap ini.
Pada saat, itu aku belum mengetauhi
sesuatu yang terjadi dalam hidupku. Sehingga pada saat aku masih bayi. Aku
diasuh oleh kedua paman dan bibiku. Mereka sangat mengasihi dan menyayangiku. Walaupun
aku ini tak lain dan tak bukan adalah keponakanya. Mereka menggapku seperti
anak mereka sendiri. Karena sampai saat ini pun mereka juga belum dikaruniai
seorang buah hati kecil yang mereka idam idamkan di tengah keluarga kecil
mereka yang harmonis dan penuh kehangatan.
Ketika sudah beranjak umur 7 tahun,
bibiku memasukan ku ke sebuah sekolah yang tidak jauh dari rumah kami . Setiap
hari aku berngkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Setiap pagi aku tidak lupa
untuk membantu bibiku mempersiapkan daganganya. Maklum kami ini hanya keluarga kurang mampu. Pamanku hanya seorang tukang sol
sepatu. Penghasilanya pun juga tidak cukup besar. Hanya dapat digunakan untuk
mencukupi kebutuhan sehari hari. Sementara bibiku hanya seorang penjahit. Namun
terkadang juga sebagai penjual makanan
kecil yang dijual di sekitar rumah untuk menambah sedikit penghasilan. Aku
merasa kasihan melihat paman serta bibiku bekerja kesana kemari membanting
tulang demi mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari serta membiayai keperluan sekolahku.
Dengan kondisiku
seperti ini, aku bertekad dalam hati yaitu belajar dengan sungguh-sungguh agar
nantinya aku dapat menjadi orang yang sukses yang dapat membahagiakan dan
membanggakan kedua orang tua, paman, serta bibiku. Walaupun aku dibesarkan
dalam keluarga yg kurang mampu, namun aku tumbuh menjadi anak yg normal, sehat
jasmani dan rohani seperti anak-anak lainya .Biasanya aku pergi ke sekolah dengan
membawa beberapa macam makanan ringan yang
kubuat bersama bibiku. Setiap hari aku
menjualnya di sekolah dimana aku belajar. Aku tidak malu meskipun semua
orang-orang melihatku dengan tampang sinis. Namun mengapa aku harus malu?
apakah urusanku dengan mereka ? aku tidak perlu malu, karena yang aku lakukan
ini juga tidak salah. Tak lain dan tak bukan adalah untuk membantu kehidupan
keluargaku. Membantu paman dan bibiku tecinta.
Ketika bel istirahat
dibunyikan semua siswa berhamburan kemana-mana. Ada yang bermain petak umpet,
kelereng, dan ada pula yang berkejar kejaran seperti anjing dan kucing. Mereka
semua bergembira bersorak ria. Nah inilah saat yang aku tunggu-tunggu. Aku kesana kemari
bagaikan orang yang kebinggungan. Mengapa? karena pada jam istirahat seperti
ini merupakan kesempatanku guna memperoleh pembeli untuk menjual makanan ringan
buatan bibiku yang biasa kami buat setelah sholat subuh. Atas sikap yang aku
lakukan beberapa dari temanku memberikan semangat. Tapi ada juga yang tidak
suka dengan apa yang aku lakukan. Mereka sinis terhadapku.
Apakah yang aku lakukan ini salah? aku bertanya pada
diriku sendiri dalam angan angan ku? .
Mereka selalu mengejekku dan menjahiliku. Itu semua mereka lakukan karena
mungkin mereka iri melihatku. Karena meskipun aku dari keluarga anak yang
kurang mampu tapi prestasiku jauh lebih baik daripada mereka. Atau mungkin
mereka jijik denganku karena aku ini tidak selevel dengan mereka. Karena maklum
mereka berasal dari keluarga terpandang, terhormat. Sementara aku tidak.
Terkadang aku juga merasa jengkel dan kesal kepada mereka karena mereka selalu
meremehkanku, mengejekku setiap saat. Tapi kemudian aku kembali berfikir.
Mengapa aku memperdulikan mereka? Aku tidak usah memperdulikan mereka. Apapun
yang mereka katakan bagiku itu tidak penting. Karena ada teman temanku yang
selalu menyemangatiku. Teman yang selalu hadir dalam suka maupun duka. Selain
itu kekayaan, martabat yg mereka miliki sekarang ini bukanlah semata mata milik
mereka. Namun milik kedua orang tua yang
selalu mereka puja puja demi harga diri yang mereka punya sekarang ini.